Senin, 22 Juni 2015

TRADISI BUKA LUWUR DI MAKAM SUNAN MURIA



LAPORAN MINI RISET
TRADISI BUKA LUWUR DI MAKAM SUNAN MURIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Islam dan Budaya Jawa

Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, M.Si.
Disusun :
Nailil Muna Auliya                   (133511045)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Islam dan budaya Jawa adalah dua konteks yang berbeda. Islam adalah sebuah agama yang berlandaskan Al-Qur’an dan As- Sunnah. Sedangkan budaya Jawa adalah sebuah adat dan kebiasaan masyarakat Jawa yang didapat dari peninggalan nenek moyang. Namun keduanya dapat saling mempengaruhi.
Islam sebagai agama dengan berbagai hukum-hukumnya telah mempengaruhi pola budaya dan tradisi masyarakat pemeluknya. Akan tetapi aspek sosial budaya dari masyarakat setempat tidak serta merta hilang begitu saja. Islam dan budaya Jawa terdapat tarik menarik dalam interaksinya. Hubungan yang erat antara ajaran Islam dengan masyarakat Jawa umumnya selain berkaitan juga terjadi perpaduan nilai menjadi tradisi sehingga dalam banyak hal sulit memisahkan antara unsur Islam dengan Jawa asli.
Secara esensial kebudayaan mengatur kehidupan manusia agar mengerti dan mampu memahami bagaimana ia harus bertindak, berbuat dan menentukan sikap dalam hubungan dengan orang lain. Masyarakat dan kebudayaan senantiasa berkembang dan mengalami perubahan seiring dengan peradaban manusia.
Dalam perkembangan berikutnya kebudayaan Jawa banyak sekali menyerap konsep-konsep dan simbol-simbol Islam sehingga sering kali tampak bahwa Islam muncul sebagai sumber kebudayaan yang terpenting. Pengaruh Islam juga sangat terasa dalam upacara-upacara sosial budaya populer. Misalnya di Sumatra ada upacara Tabut untuk memperingati maulud nabi (kelahiran nabi), begitu juga di Jawa dengan Sekaten, kemudian ada Grebeg di Demak dan Buka Luwur di Kudus.
Di Kudus sendiri banyak sekali kebudayaan yang dapat di temukan. Setiap daerah mempunyai tradisinya sendiri-sendiri. Tentu dengan rangkaian acara yang berbeda-beda pula. Masyarakat Kudus mempunyai banyak sekali upacara tradisional yang khas misalnya buka luwur, dandangan, bulusan dan masih banyak yang lainnya. Tradisi buka luwur di Kudus terdapat di dua tempat yakni di makam sunan Kudus dan makam sunan Muria. Buka luwur adalah acara yang bertujuan untuk mengenang dan meneladani ajaran kanjeng sunan yakni tokoh penyebar agama islam di Pulau Jawa. Pada laporan mini research ini akan dikaji lebih jauh mengenai buka luwur yang ada di kawasan Muria dalam rangka menenang sunan Muria.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian buka luwur?
2.      Bagaimana rangkaian acara buka luwur makam sunan Muria?
3.      Bagaimana makna acara buka luwur makam sunan Muria?




BAB II
LANDASAN TEORI
Bagi masyarakat jawa, hidup ini penuh dengan tradisi, baik tradisi-tradisi yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia sejak dari keberadaannya di perut ibu, lahir, kanak-kanak, remaja, dewasa sampai dengan kematiannya. Hal ini dikarenakan, menurut Koentjaraningrat yang dimaksud masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat. [1]
Kepercayaan atau ritual yang dilakukan oleh orang Jawa disebut “kejawen”. Ajaran kejawen merupakan keyakinan dari ritual campuran dari agama-agama formal dengan pemujaan terhadap kekuatan alam. Sebagai contoh, orang Jawa banyak yang menganut agama Islam, namun pengetahuan mereka tentang agamanya boleh dikatakan masih kurang mendalam. Karena, dalam keberagamaan rata-rata masyarakat Jawa adalah nominalis, dalam arti bahwa mereka tidak bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran-ajaran agamanya. Ada juga diantara mereka yang benar-benar serius dalam menjalankan ajaran-ajaran agamanya. Praktik keagamaan yang dilakukan hanya sebagai seremoni semata.
Karena kurangnya keseriusan dalam memahami dan mengamalkan agamanya berakibat kepada beberapa hal, yang antara lain mudahnya mereka untuk tergiur dalam mengadopsi kepercayaan, ritual, dan tradisi dari agama yang lain termasuk tradisi asli pra Hindu-Budha yang dianggap sesuai dengan alur pemikiran mereka. Oleh karena itu, meskipun mengaku sebagai seorang muslim, mereka juga meletakkan kembang setaman dan sesaji lainnya di tempat-tempat khusus pada hari-hari tertentu, mengadakan ruwatan untuk anak-anaknya yang perlu diruwat, melakukan laku khusus pada malam satu syura, dan mengeramatkan keris serta benda-benda pusaka lainnya.[2]
Tradisi menyeleralaskan antara agama Islam dan budaya Jawa itu telah berlangsung sejak awal perkembangan Islam di Jawa. Salah satunya ditulis dalam literatur karya sastra yaitu Serat Wirid Hidayah jati karya R.N.G Ranggawarsita yang merupaan kitab mistis yang cukup lengkap dan padat. Adapun isinya adalah mengenal ajaran tentang Tuhan dan hubungan antara dzat, sifat, asma’ dan af’al Tuhan, uraian tentang penciptaan manusia serta aspek budi luhur beserta sebagai ajaran yang berkaitan dengan mistik.[3]
Cara yang ditempuh agar nilai-nilai Islam yang diserap oleh budaya Jawa ada dua, yaitu: pertama, Islamisasi kultur jawa, dimana dalam pendekatan yang satu ini budaya Jawa diupayakan agar tampak bercorak islam, baik secara formal maupun secara substansial. Upaya ini ditandai dengan penggunaan istilah Islam, nama-nama Islam, pengambilan tokoh Islam pada berbagai cerita lama, sampai kepada penerapan hukum-hukum, norma-norma Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Kedua, Jawanisasi Islam, yang diartikan sebagai upaya penginternalisasian nilai-nilai islam melalui cara penyusupan kedalam budaya Jawa.[4]
Kehadiran Islam di Jawa dalam bingkai kebudayaan yang telah terbentuk sebelumnya dalam perpaduan kebudayaan Hindu dan kebudayaan asli (Jawa) melahirkan sikap bahwa kehadiran Islam bukanlah sesuatu yang baru untuk menggantikan yang lama, tetapi menambahkan sesuatu kepada yang lama, sehingga Islam dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat.[5]



BAB III
KONDISI LAPANGAN
Tradisi buka luwur di Kudus ada dua yakni di makam sunan Kudus dan sunan Muria. Namun pada laporan ini akan membahas mengenai buka luwur di makam sunan Muria.
Buka luwur dimakam sunan Muria dilaksanakan di desa Colo kecamatan Dawe kabupaten Kudus. Dinamakan sunan Muria karena Raden Umar Said melakukan dakwahnya di sekitar gunung Muria. Beliau mengabdikan hidupnya untuk menyebarkan agama Islam hingga beliau wafat dan dimakamkan di gunung Muria.
Untuk mengenang jasa dan pengabdian sunan Muria, setiap setahun sekali diadakan buka luwur dengan sederet rangkaian acara yang meliputi tahlilan, khataman al-Qur’an, shalawat nabi dan lain sebagainya.




BAB IV
ANALISIS LAPORAN
1.      Pengertian buka luwur
Penyelenggaraan upacara peringatan terhadap orang-orang yang sudah meninggal menjadi tradisi yang sangat kuat, terutama orang yang sudah meninggal tersebut adalah seorang tokoh terkenal dalam bidang agama. Hal ini terbukti dengan adanya sebuah upacara yang dianggap sakral oleh masyarakat Kudus, yaitu upacara tradisional Buka Luwur.
Buka luwur merupakan upacara peringatan wafatnya sunan atau ulama yang disegani masyarakat atau yang sering disebut dengan khaul. Buka luwur adalah tradisi mengganti kain mori atau luwur makam sunan. Tradisi ini dipercaya akan mendatangkan berkah yang datang dari Tuhan sesuai dengan hajat niatan tertentu sesuai yang diinginkan.
Ritual ini dilakukan pencopotan kelambu atau kain putih dan makam yang sudah satu tahun digunakan. Kelambu atau kain putih itulah yang disebut dengan Luwur. Kelambu atau kain putih bekas penutup makam tersebut menjadi rebutan masyarakat karena untuk mendapatkan “berkah”.
Ritual ini bukanlah sekedar mengganti luwur yang lama dengan yang baru. Akan tetapi acara ini juga bertujuan untuk mengenang dan meneladani kanjeng sunan.
Di Pantura Timur setidaknya ada tiga makam besar yang mempunyai waktu hampir bersamaan dalam perayaan tradisi buka luwur yang diadakan pada bulan Syura, yakni Makam Sunan Kudus Dja’far Shadiq, Sunan Muria Umar Said, dan Makam KH Mutamakin Hajen Pati. Ketiga makam tersebut mempunyai kedudukan khusus bagi warga Pantura Timur karena kharisma agamanya begitu kuat. Dua di antaranya adalah bagian dari Walisongo, yakni Sunan Kudus dan Sunan Muria.


2.      Rangkaian acara buka luwur makam sunan Muria
Ritual buka luwur merupakan ritual yang senantiasa dilakukan tiap tahunnya di Kudus, baik itu makam sunan Kudus maupun makam sunan Muria. Pelaksanaan buka luwur di makam sunan Kudus dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram, sedangkan di makam sunan Muria dilaksanakan pada tanggal 15 Muharram.
Buka luwur sunan Muria dimulai pada tanggal 1 Muharram yang disebut juga mapak tanggal karena tanggal ini juga sekaligus memperingati tahun baru Hijriyyah. Di tanggal tersebut kain mori atau luwur yang lama di lepas. Kain lama yang telah dilepas akan dibagikan kepada warga yang tinggal di sekitar gunung Muria. Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa kain tersebut membawa berkah karena banyak doa yang melekat padanya. Kepercayaan tersebut sebenarnya merupakan kepercayaan yang sama dengan animisme dan dinamisme. Hanya saja, dalam hal ini telah di sisipi muatan islami.
Selanjutnya, pada tanggal 13 Muharram diadakan penyembelihan hewan kerbau. pada tanggal ini dilakukan persiapan untuk acara yang akan digelar pada tanggal 14 muharram. Kerbau yang telah disembelih, dimasak untuk dibagikan kepada para peziarah dan masyarakat sekitar. Nasi dan kerbau yang telah dimasak dibungkus dengan daun jati.
Pada tanggal 13 Muharram juga dilaksanakan khatmil Qur’an yang di mulai dari jam 7 sampai selesai. Khatmil Qur’an pada tanggal 13 ini di hadiri oleh para hafidz yang tidak hanya didatangkan dari desa colo saja, tetapi dari daerah yang lain juga misalnya desa kajar, pandak dan sekitarnya.
Pada tanggal 14 muharram, diadakan khatmil Qur’an dari mulai juz satu sampai juz tigapuluh yang dihadiri oleh para hafidzoh. Acara ini dilaksanakan mulai dari jam 7 pagi sampai selsesai.
Pada malam harinya yaitu pada malam 15 Muharram diadakan pengajian umum yang membahas tentang perjuangan dan pengabdian sunan Muria dalam menjalankan misi dakwah menyebarkan agama islam. Tujuannya tidak lain agar dapat diteladani  oleh masyarakat, utamanya yang hadir dalam pengajian tersebut. Acara ini dilaksanakan di sekitar makam sunan Muria. Ratusan bahkan ribuan orang-orang berkumpul disini, mulai dari para kyai sampai dengan orang biasa datang dengan tujuan mendoakan waliyullah Raden Umar Sa’id, dan agar memperoleh berkah.
Rangkain acara pengajian umum ini meliputi shalawat nabi, tahlilan, qira’atul Qur’an, maidhah hasanah dan pembagian nasi jangkrik. Setiap orang yang datang dan ziarah di makam sunan muria akan diberi makanan (nasi jangkrik) yang telah dimasak sehari sebelumnya. para peziarah dengan antusias menerima bungkus makanan yang diberi. Bukan karena mereka menginginkan dagingnya, namun karena para peziarah tersebut ingin ‘ngalap berkah’ dari sebungkus nasi tersebut.
Pada pagi hari tanggal 15 Muharram setelah Shalat Subuh dimulailah acara penggantian kelambu atau kain yang khusus diikuti oleh para kyai. Susunan acaranya yakni iftitakhul majlis, penggantian luwur, yasin dan tahlil. Dalam acara ganti luwur ini, pertama yang di lakukan adalah berjalan dengan mebawa kain dari dalam masjid, sambil diiringi rebana empat dan beduk melewati tangga, kemudian melewati depan masjid, melewati depan gentong peninggalan Sunan Muria, kemudian ke makam. Lalu mulailah pemasangan luwur baru. Luwur yang baru ini merupakan hasil dari sumbangan masyarakat secara suka rela.
Setelah acara pergantian luwur tesebut, diadakan pembagian makanan yang berupa nasi dan daging yang sudah dimasak kepada masyarakat sekitar. Setelah pergantian luwur dan pembagian nasi kepada masyarakat, berakhirlah acara buka luwur sunan Muria.
3.      Makna acara buka luwur makam sunan Muria
Buka Luwur merupakan upacara Keagamaan dalam rangka mendoakan, menghormati dan mencari keberkahan dari seseorang yang dikenal dan diyakini sebagai wali dan sangat dengan Tuhan serta memiliki kesaktian dan kebaikan-kebaikan lain yang ada dan melekat pada dirinya. Lebih jauh dari itu buka luwur juga ritual untuk masyarakat agar dapat mengikuti keteladanan wali, juga meningkatkan agar orang-orang membiasakan diri untuk bersedekah.
Dimensi sosial yang muncul dari buka luwur adalah adanya kebersamaan dan kesetiakawanan yang saat ini jarang ada. Buka luwur bisa dikategorikan sebagai pesta rakyat, karena antusias masyarakat yang mengikuti serta panitia acara. Dalam sebuah acara setidaknya melibatkan ratusan masyarakat yang turun tanpa dikomando dan dibayar dengan upah rupiah. Karena mereka akan cukup jika ada hasil sajian kuliner yang bisa dibawa pulang sebagai bagian dari ‘ngalap berkah’, serta sepotong kain luwur yang selalu disimpan untuk kepentingan pribadi.
Buka luwur merupakan hajat masyarakat, besar kecilnya acara tersebut tergantung dari masyarakat. Namun, besar kecilnya acara tersebut tidak mengurangi kekhidmadan acara buka luwur ini karena kekhusyu’anlah yang terpenting.
Acara ini juga menjadi ajang pemersatu masyarakat, karena dalam acara ini semua kalangan mulai dari orang tua, anak muda, laki-laki, perempuan, dari satu kota mapupun luar kota berkumpul dalam acara ini untuk memperoleh berkah. Semua orang dengan tujuan yang sama berkumpul dan berdo’a. Dengan demikian hal tersebut juga berguna memperkenalkan dan menjaga tradisi yang telah ada agar tetap lestari sebagai tradisi berbalut berkah.




BAB V
A.    KESIMPULAN
Buka luwur merupakan upacara peringatan wafatnya sunan atau ulama yang disegani masyarakat atau yang sering disebut dengan khaul. Buka luwur adalah tradisi mengganti kain mori atau luwur makam sunan. Tradisi ini dipercaya akan mendatangkan berkah yang datang dari Tuhan sesuai dengan hajat niatan tertentu sesuai yang diinginkan.
Pada ritual buka luwur sunan Muria diadakan rangkaian acara yang membutuhkan waktu 3 hari lamanya yakni pada tanggal 13 sampai 15 Muharram. Rangkaian acaranya meliputi khataman Qur’an, shalawat nabi, tahlilan, pengajian dan yang paling penting yakni penggantian kain mori atau luwur.
Tujuan dari ritual ini adalah untuk mengenang dan meneladani kepribadian waliyullah Raden Umar Said. Diharapkan masyarakat dapat meniru akhlak dan budi pekerti dari sunan Muria.
B.     SARAN
Demikianlah laporan mini riset berjudul Tradisi buka luwur di makam sunan Muria. Penulis berharap dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan ilmu Islam dan Budaya Jawa. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa laporan yang penulis susun masih jauh dari kesempurnaan. Maka, kritik dan saran yang positif sangat penulis harapkan demi perbaikan ke depannya.
Daftar Pustaka
Jamil, Abdul dkk. 2000.  Islam & Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media.
Koentjaraningrat. 1996.  Kebudayaan mentalis dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Amin, Darori. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media.
Simuh. 1980. Mistik Islam Kejawen. Yogyakarta: Pustaka Raja Purba.
Shodiq. 2013. Potret Islam Jawa. Semarang: Pustaka Zaman.
 





[1] Koentjaraningrat, Kebudayaan menalis dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm. 100
[2] M. Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2000, hlm. 86
[3] Simuh, Mistik Islam Kejawen, Yogyakarta: Pustaka Raja Purba, 1980, hlm. 4
[4] Abdul Jamil, dkk, Islam & Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2000, hlm. 119
[5] Shodiq, Potret Islam Jawa, Semarang: Pustaka Zaman, 2013, hlm. 42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar